Thursday, September 17, 2020

DESKRIPSI DIRI PEKSOS PKH : Menolak Imunisasi

 

A.        Deskripsi kasus  

1.      Uraikan kasus/permasalahan yang anda tangani sesuai dengan tugas dan fungsi sebagai Pendamping PKH.  Gambaran kasus/permasalahan yang dijelaskan sekurang kurangnya 150 kata dengan memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut:

a.      Apa masalahnya

b.      Kapan dan dimana masalah itu terjadi

c.       Siapa pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan

d.      Mengapa masalah itu terjadi


      Klien B berusia 34  tahun adalah seorang yang mengalami permasalahan  Menolak Imunisasi Permasalahan yang dialami oleh klien B yaitu  dia menolak imunisasi dikarenakan mempermasalahkan kehalalan dari vaksin dan masih ragu akan aman tidaknya pemberian vaksin terhadap anaknya. Permasalahan ini sudah berlangsung selama 1 tahun


            Kasus/Permasalahan yang dialami klien B awalnya terjadi pada saat  dia mempunyai anak kedua yang mana klien B sudah mulai ragu akan keamanan Vaksin yang diberikan kepada anaknya dan berlangsung selama 1 tahun. Permasalahan ini terjadi di Desa Sumber Dawesari Kecamatan Grati suatu daerah yang mayoritas penduduknya  bermata pencaharian serabutan (kuli bangunan) yang rata-rata memiliki  penghasilan serta SDM rendah.


            Dalam penanganan permasalahaan/kasus klien B ini, pihak-pihak yang terlibat yaitu SPV PKH, Pendamping PKH serta Bdan Desa peran-peran yang ditampilkan oleh pihak pihak terkait yaitu SPV (sebagai tempat rujukan pendamping PKH dalam menangani kasus Klien B), Pendamping PKH (Sebagai  Pelaksana bimbingan bagi klien B) Bidan Desa (sebagai penerus atau motivasi yang telah di berikan pendamping pada Klien B)


            Latar belakang permasalahan/kasus ini terjadi disebabkan oleh kurangnya kesadaran Klien B akan pentingnya Vaksin  terhadap anak untuk mencegah berbagai macam penyakit kelak dia dewasa.


2.      Berdasarkan kasus tersebut, uraikan langkah langkah penanganannya. Masing masing aspek sekurang kurangnya 100 kata.

a.      Pendekatanan awal yang dilakukan


          Pendekatan awal adalah suatu proses kegiatan penjajagan awal, koordinasi dengan pihak terkait yaitu Klien B, Suami Kien B, Bidan Desa setempat, sosialisasi pelayanan Kesehatan, identifikasi calon klien B,  serta identifikasi sarana dan prasarana pelayanan. Yang dilakukan oleh saya berupa pendekatan secara persuasif dimulai dengan home visit atau beratatap muka dengan klien B agar pendamping bisa memberikan masukan arahan pemberdayaan yang baik agar klien dapat mengetahui dampak buruk anak yang tidak mendapatkan vaksin. Mendorong klien B agar mau memberi vaksin anaknya agar tidak terjadi hal yang tidak diingankan kelak dia dewasa nanti supaya menjadi anak yang tumbuh dengan normal dan sehat dengan imunitas yang tinggi


b.      Mengidentifikasi masalah dan potensi/sumber yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah


            Saya melakukan diidentifikasi permasalahan-permasalahan yang dialami klien yaitu dengan melakukan home visit dan pendekatakan persuasif saya sebagai pendamping mencoba mengakrabkan diri dengan klien B Agar B Bisa bercerita tentang kenapa dia menolak memberikan vaksin terhadap anaknya. Serta mencari penyebab dia menolak imunisasi ke Bidan. Dan mendengarkan semua keluh kesah yang di alami klien B Masalahnya karna Klien B tidak mau Vaksin yaitu karena kehalalan vaksin tersebut menurut agama yang klien B anut.

            Potensi/sumber yang dapat dimanfaatkan oleh klien berasal dari diri klien yaitu kesadaran diri akan pentingnya imunisasi untuk masa depan anaknya, dari suami klien yaitu dengan mendorong dan memotivasi Klien B agar bisa kembali memeberikan vaksin untuk anaknya dan dari Bidan Desa klienn yaitu dengan untuk menjelaskan tentang pentingnya dan bagaimana vaksin diperoleh dan bekerja pada tubuh anak dan kegunaannya.

c.      Rencana pemecahan masalah


        Rencana pemecahan masalah yang dibuat yaitu dilakukan oleh SPV, Pendamping PKH serta Bidan Desa hasilnya yaitu menjalin hubungan dengan klien B agar lebih akrab dan mudah bercerita dengan santai tanpa adanya intervensi  dalam menceritakan masalahnya, memberikan dorongan yang positif tentang dampak dari imunisasi dan tidak imunisasi, sehingga anak klien B bisa menjadi sehat dan tidak gampang sakit kelak dia dewasa, memfasilitasi klien B agar bisa memperoleh fasilitas kesehatan sesuai dengan kebutuhan anaknya dan memastikan bahwa klien B mau memberikan vaksin atau imunisasi kembali anaknya di posyanduterdekat dan juga mengingatkan kembali klien B agar mendapat motivasi atau dorongan untuk memulai anaknya imunisasi lagi. Serta melakukan chek berkala dan pendampingan berkala terhadap Klien B agar terus melakukan pengawasan terhadap Klien B.

d.      Melaksanakan pemecahan masalah


        Pelaksanaan pemecahan masalah yang dilakukan oleh tiga orang, pihak-pihak yang  yang terlibat anatara lain, SPV, Pendamping PKH, Bidan Desa. Kegiatan yang dilakukan berupa pendampingan langsung yang berfokus pada pendekatan persuasif  berlangsung kurang lebih selama satu bulan dengan 4 kali kunjungan rutin ke rumah klien B (Home Visit) dan 1 kali pada pertemuan peningkatan kemampuan keluarga atau P2K2. Kunjungan pertama mencari penyebab masalah yang dialami klien B, minggu kedua memberi wawasan dan pengetahuan terhadap suami dan klien B, minggu ketiga  melakukan kunjungan terhadap puskesmas atau posyandu yang dulu dan bertanya kepada bidan penyebab klien B tidak mau melanjutuka imunisasi, minggu ke empat melakukan pengecekan berkala terhadap klien EW agar mau melanjutkan imunisasi. 1 kali pertemuan kelompok P2K2 dengan menjelaskan modul 1 Kesehatan dan Gizi. 


e.      Mengevaluasi hasil yang dicapai dan yang belum dicapai


Setelah melakukan kegiatan, hasil yang dicapai yaitu:

1) Klien B dapat memahami pentingnya Imunisasi

2) Klien B dapat memilih tempat posyandu yang baik bagi anak

3) Klien B termotifasi untuk memberi imunisasi anaknya

4) Klien B Menjadikan imunisasi sebagai hal penting dalam kehidupan anaknya

5) Klien B Mulai bisa berfikir untuk hidup sehat

6) Klien B mengetahui dampak buruk akibat tidak melanjutkan imunisasi

7) Klien B mulai bisa bersikap rasional tentang vaksin

8) Klien B mulai mendengarkan perkataan Bidan

 

Setelah melakukan kegiatan, hasil yang belum dicapai yaitu:

Belum ada, karena Klien B berifat kooperatif saat pendampingan serta Klien B dapat menerima masukan yang telah diberikan


f.      Terminasi atau pengakhiran penanganan masalah


        saya melakukan kegiatan terminasi atau pengakhiran penanganan masalah tentang  menolak imunisasi dalam hal ini klien B tidak mau melanjutkan imunisai karena kurangnya pengetahuan tentang vaksin dan imunisasi serta kurang adanya dukungan suami klien agar tetap melakukan imuniasi terhadap anaknya.

        Dasar pertimbangan saya melakukan terminasi atau pengakhiran penanganan masalah agar klien tidak tergantung kepada mitos mitos tentang vaksin yang mana sampai saat ini maih salah kaprah yang menyebabkan klien B enggan untuk memberikan imunisasi kepada anaknya. Serta Klien B dapat hidup secara mandiri baik secara fisik dan emosional serta finansial. Dan menjadikan klien B pribadi yang lebih baik dari sebelumnya yang mampu menghargai dan menerima masukan atau pendapat orang lain.

3.      Berdasarkan penanganan kasus tersebut, jelaskan masing-masing aspek dibawah ini sekurang-kurangnya 100 kata.

a.      Pengetahuan/konsep yang digunakan (sekurang kurangnya 3 pengetahuan/ konsep yang relevan). 


1.  Pengetahuan/ konsep teori komunikasi persuasif dalam penanganan masalah klien B yang tidak mau melanjutkan Imuinisasi kepada anaknya akibat kuranganya pengetahua tentang imunisasi

Dalam  hal ini pengetahuan/konsep teori komunikasi persuasif Yang saya terapkan berupa pendekatan secara intim terhadap klien B dengan cara mengajak klien B untuk mengobrol santai dan berkoordinasi masalah apa saja yang membuat klien B tidak mau melanjutkan imunisasi lai.

 

2.  Pengetahuan/ konsep teori interaksi simbolis dalam penanganan masalah klien B yang tidak mau melanjutkan Imuinisasi kepada anaknya akibat kuranganya pengetahua tentang imunisasi

Dalam  hal ini pengetahuan/konsep teori interaksi simbolis Yang saya terapkan berupa berinteraksi dengan orang orang yang berhubungan dengan klien B dengan cara berinteraksi dengan orang – orang yang terkait maslah ini, dimana setiap orang mempunyai peran dalam mempengaruhi pola pikir klien B, dalam hal ini suami, Bidan, juga lingkungan B sangat mempengaruhi pola pikir klien agar bisa melanjutkan Imunisasi lagi.

 

3.  Pengetahuan/ konsep teori psikoanalisa klasik dalam penanganan masalah klien B yang tidak mau melanjutkan Imuinisasi kepada anaknya akibat kuranganya pengetahua tentang imunisasi

Dalam  hal ini pengetahuan/konsep teori psikoanalisa klasik Yang saya terapkan berupa menelaah tingkah laku sosial dengan cara mengembalikan struktur kepribadian pasien dengan cara memunculkan kesadaran yang tidak ia sadari sebelumnya. Adapun proses terapi ini berfokus pada pendalaman pengalaman yang dialami pasien saat masih kanak-kanak

b.      Teknik teknik yang digunakan dalam penanganan kasus 

1.      Saya menggunakan Teknik Diskusi dalam penanganan masalah klien B yang tidak mau melanjutkan imunisasi karena kurangnya pengetahuan tentang vaksin 

Dalam  hal ini Teknik Diskusi yang saya terapkan berupa komunikasi dengan menggunakan keterampilan berbahasa serta mendengar cerita atau masalah yang di alami oleh klien B dan melakukan observasi terhadapa apa yang mejadi kendala dalam menangani masalah klien B.  dengan cara melakukan diskusi dengan klien B melalui Mencatat semua keluhan dan mengajukan berbagai pertanyaan terkait menangani kasus klien B menggunakan konsep pertanyaan 5W 1H dimana mengedepankan privasi klien B. Menyusun topik yang akan di diskusikan dengan klien B yang menarik serta membuat klien nyaman saat berdiskusi

2.      Saya menggunakan Teknik Memberi Informasi dan Nasehat dalam penanganan masalah klien B yang tidak mau melanjutkan imunisasi karena kurangnya pengetahuan tentang vaksin 

Dalam  hal ini Teknik Memberi Informasi dan Nasehat yang saya terapkan berupa melibatkan berbagai macam aspek antara lain : SPV PKH, Pendamping PKH, Orang Tua Klien B dengan cara SPV  PKH sebagai tempat rujukan pendamping ketika pendamping mengalami kesulitan pendampingan Yaitu dengan yang mempunyai tugas memberikan wawasan dan informasi terhadap pendamping agar bisa di sampaikan kepada klien B, Pendamping PKH dan Bidan Desa memberikan nasehat terhadap klien agar dapat memahami akan pentingnya Imunisasi bagi kehidupan dan kesehatan anak klien B kelak dia dewasa nanti serta menjaga imune tubuh anak klien B

3.      Saya menggunakan Teknik Diskusi dalam penanganan masalah klien B yang tidak mau melanjutkan imunisasi karena kurangnya pengetahuan tentang vaksin 

Dalam  hal ini Teknik Managemen Konflik yang saya terapkan berupa memeneg masalah yang terjadi pada klien B dengan cara mengendalikan situasi dan kondisi konflik dilapangan dengan menggunakan kemampuan mendengar dan mengarahkan klien yang terlibat konflik untuk bersama-sama membuat alternatif solusi. Dengan menggunakan teknik ini Pendamping dapat mngetahui dasar masalah yang dialami klien B

b.      Nilai nilai/ kode etik yang diterapkan dalam penanganan kasus 1

1. Saya menggunakan Nilai nilai/ kode etik Kerahasiaan dalam penanganan masalah tidak mau melanjutkan imunisasi karena kurangnya pengetahuan tentang vaksin 

Dalam  hal ini Nilai nilai/ kode etik Kerahasiaan yang saya terapkan berupa menjaga rahasia apasaja yang ada pada klien B. Agar klien B lebih leluasa dalam menceritakan masalahnya

2. Saya menggunakan Nilai nilai/ kode etik Kerjasama dalam penanganan masalah tidak mau melanjutkan imunisasi karena kurangnya pengetahuan tentang vaksin 

Dalam  hal ini Nilai nilai/ kode etik Kerjasama yang saya terapkan berupa saling memberikan info dan nasehat terhadap klien B agar tidak terjadi kesalah fahaman info tentang vaksin yang diberikan oleh anaknya

3. Saya menggunakan Nilai nilai/ kode etik Menghargai dalam penanganan masalah tidak mau melanjutkan imunisasi karena kurangnya pengetahuan tentang vaksin 

Dalam  hal ini Nilai nilai/ kode etik Menghargai yang saya terapkan berupa menghargai apa yang menjadi dasar klien B untuk mrnolak melakukan imunisasi kepada anaknya