Saturday, September 12, 2020

DESKRIPSI DIRI PEKSOS PKH : Orang Tua Tidak Mau Memeriksakan Balita ke Posyandu

 

A.       Deskripsi kasus 

 

1.      Uraikan kasus/permasalahan yang anda tangani sesuai dengan tugas dan fungsi sebagai Pendamping PKH.  Gambaran kasus/permasalahan yang dijelaskan sekurang kurangnya 150 kata dengan memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut:

a.      Apa masalahnya

b.      Kapan dan dimana masalah itu terjadi

c.       Siapa pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan

d.      Mengapa masalah itu terjadi


Orang tua (KPM) inisial SN tidak mau melakukan kegiatan posyandu bagi balitanya. Sehingga anak tidak mendapatkan fasilitas penjaminan kesehatan  dengan baik seperti  imunisasi, makanan sehat tambahan, dan vitamin yang rutin diberikan pada saat posyandu, orang tua juga kurang mendapatkan informasi-informasi kesehatan bagi balita dan keluarga, hal tersebut mengakibatkan balita mengalami beberapa tanda keterlambatan perkembangan tumbuh anak, anak terlihat besar perut namun agak kurus, serta lama untuk sembuh saat mengalami sakit. Kasus ini terjadi pada Bulan November  tahun 2019 di desa Rejoso Kidul  kecamatan Rejoso Pasuruan.

Dalam menangani kasus ini kami melibatkan bidan desa saat pertemuan kelompok, kader posyandu  ketua Ibu PKK dan didukung saudaranya yang sama menjadi keluarga penerima manfaat PKH. Menurut pengakuan dan beberapa cerita saudaranya beliau enggan melakukan kegiatan posyandu karena pernah mendengar dan melihat kejadian di saudara tetangga desanya; bidan kurang tepat dalam melakukan obat kepada anak yang berakibat mengalami lebam dan pendarahan hingga kematian, sang SN juga menuturkan setiap selesai posyandu yang dulu pernah dilakukan anaknya selalu panas. Dari alasan tersebut ibu SN enggan datang ke posyandu.

2.      Berdasarkan kasus tersebut, uraikan langkah langkah penanganannya. Masing masing aspek sekurang kurangnya 100 kata.

a.      Pendekatan awal yang dilakukan


    Untuk kasus ini pendekatan awal yang pendamping lakukan dengan pendekatan komunikasi persuasive kepada ibu SN, dengan harapan ibu SN mampu terbuka, mudah untuk diminta informasi serta kami dapat dengan cepat meyakinkan untuk perubahan yang lebih baik. Pendekatan persuasif ini kami anggap sangat efektif karena bahasa dan budaya masih sama sebab lokasi yang relative dekat dengan domisili pendamping. Dari pendekatan yang kami lakukan muncul banyak simpatik dari beberapa orang baik pemerintah desa hingga petugas kesehatan desa juga puskesmas kecamatan.

Pendekatan yang juga melibatkan banyak pihak ini dirasa penting untuk dibangun dengan tujuan; 1), Adanya rasa tanggung jawab bersama atas setiap masalah social kemasyarakatan, 2). Memunculkan focus dan komitmen bersama dalam jangka panjang untuk mengatasi masalah yang melalui tugas pokok dan fungsinya masing-masing. 3). Memudahkan dalam evaluasi pemecahan masalah secara sitematis, karena banyak sumber penanganan masalah yang dilibatkan.  


b.      Mengidentifikasi masalah dan potensi/sumber yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah


    Melalui pendekatan persuasive diatas pendamping social PKH dapat menggali informasi penyebab utama masalah yang terjadi pada ibu SN. Untuk memastikan informasi yang didapat sudah akurat pendamping melakukan dengan dua cara, pertama; bertanya langsung kepada ibu SN terkait kondisi balitanya dengan didahului berbincang tentang bantuan PKH, kemudian pendamping juga menemui ketua kelompok, dan beberapa kerabat dekatnya yang sama menjadi pengurus PKH tentang masalah balita ibu SN,  yang kami temukan alasan utama penyebab utama masalah dari kasus ini sama sesuai dengan informasi awal dari ibu SN yaitu adanya terauma kepada penangan bidan dan informasi-informasi yang beredar bahwa posyandu kurang baik.

    Potensi/sumber yang pendamping manfaatkan untuk menyelesaikan masalah ini dengan model vertical dan horizontal dari sisi KPM, vertical; dengan perangkat desa, pihak puskesmas kecamatan dalam rapat kordinasi, bidan desa dan ketua Ibu PKK desa. Komunikasi horizontal dengan mendekati beberapa saudara yang sama menjadi KPM PKH dan ketua kelompok PKH.

            c.      Rencana pemecahan masalah 

    Rencana pemecahan masalah; pertama, menyusun agenda FDS kelompok yang lebih fokus kepada kesehatan balita, Kedua, meningkatkan kualitas dan intensitas komunikasi kepada Ibu SN agar ibu SN merasa tidak tertekan bahkan merasa mendapat perhatian lebih, Ketiga dengan menjalin komunikasi dan relasi kepada sumber atau potensi yang dapat dimanfaatkan. Dalam rapat kordinasi tingkat desa dan kecamatan termasuk puskesmas pendamping meminta agar digalakkan penyuluhan pentingnya posyandu di desa rejoso kidul, juga meningkatkan kualitas pelayanannya.  melakukan sharing program kepada petugas posyandu dan kader posyandu, pendamping menyusun kartu kontrol posyandu bagi setiap kpm yang dibawah pendamping, dan pendamping minimal 2 bulan selalu datang pada saat posyandu dilaksanakan.

d.      Melaksanakan pemecahan masalah


    Setelah menjalin relasi, berkomunikasi dan kordinasi terkait masalah ibu SN, baik vertical maupun horizontal, dalam 3 kali pertemuan P2K2 atau FDS pendamping selalu mengajak bidan desa, kader posyandu dan ketua PKK untuk memberikan pernyataan melakukan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat, serta melakukan penyuluhan pentingnya posyandu hingga model pengaduan yang benar. Sehingga masyarakat tidak perlu takut untuk dating ke posyandu. Secara horizontal, teman sebaya dapat saling menguatkan dan memberikan semangat dorongan juga saling mengontrol saat jadwal posyandu tiba. Saat jadwal posyandu pendamping membawa buku control kehadiran dan perkembangan dari hasil posyandu. Dalam P2K2 pendamping selalu mengingatkan komitmen peserta PKH akan kewajiban sebagai peserta PKH, termasuk masalah kesehatan dan Gizi balita. 

e.      Megevaluasi hasil yang dicapai dan yang belum dicapai


    Dari usaha pemecahan masalah, ada beberapa pencapaian yang nampak positif yaitu; pertama, adanya kemauan ibu SN untuk kembali datang ke posyandu, kedua, adanya perhatian khusus yang lebih di desa rejoso kidul dari pada sebelumnya bagi pihak desa dan puskesmas terhadap masalah-masalah kesehatan kemasyarakatan. Ketiga, Balita Ibu SN mendapatkan perhatian dan tindakan positif yang baik dari banyak pihak. Ke empat, pendamping menemukan model control baru terkait pelayanan dan keaktifan peserta PKH dalam posyandu. Meskipun usaha yang dilakukan telah banyak menguras konsentrasi, dalam penanganan masalah gizi dan kesehatan belum dapat terlihat hasil 100% berubah hanya kurun waktu 1 bulan. Namun dengan adanya relasi dan komunikasi yang terbangun menjadikan adanya program yang berkelanjutan. 

f.      Terminasi atau pengakhiran penanganan masalah


    Masalah yang pendamping temukan telah dianggap selesai karena ibu SN telah menunjukkan sikap yang sangat baik, tanggap serta adanya kesadaran dan kemauan kembali melakukan penjaminan kesehatan balitanya di posyandu, serta adanya perlakuan yang sangat baik dari beberapa pihak yang terlibat, tidak kalah penting adanya program khusus dari bidan dan puskesmas agar tidak terjadi stanting, khususnya direjoso kidul, program khusus ini berlangsung dengan jangka panjang dan banyak pihak yang terlibat sebagai upaya control dan dorongan masyarakat lebih tanggap terhadap masalah kesehatan. Dari banyaknya program di posyandu desa rejoso kidul membuat masyarakat memahami akan pentingnya berposyandu dan semakin semarak dating ke posyandu rejoso kidul.


3.      Berdasarkan penanganan kasus tersebut, jelaskan masing-masing aspek dibawah ini sekurang-kurangnya 100 kata.

a.      Pengetahuan/konsep yang digunakan (sekurang kurangnya 3 pengetahuan/ konsep yang relevan). 


    Konsep yang digunakan pendamping dalam menangani masalah ini adalah konsep yang dimiliki SDM PKH, yaitu santun integritas dan professional. Pendamping menganggap tiga hal tersebut adalah sari yang bersifat teknis dari beberapa konsep pemecahan masalah, misalnya advokasi, membangun relasi dan komunikasi, hingga penyadaran masyarakat melalui individu masupun kelompok.  Santun interitas dan professional merupakan sebuah konsep yang sangat berkaitan erat hingga seperti membuat hasil yang beruntun yang saling menguatkan.


    Dasar dari santun integritas dan professional adalah ketulusan, keikhlasan dan nilai kemanfaatan.  Tiga dasar tersebut juga akan mengarahkan kepada kerja yang berorientasi pada proses yang terbaik dan mendekatkan pada hasil yang baik. Tidak hanya pada proses atau hanya pada hasil yang menjadi tolak ukur namun kedua-duanya. Tiga konsep tersebut juga akan menjadi penilaian klien akan keseriusan dalam mendampingi.


b.      Teknik teknik yang digunakan dalam penanganan kasus


    Teknik yang kami gunakan dalam pemecahan masalah ini adalah sebagai berikut; pertama teknik konseling, teknik mengarah pada keterbukaan informasi awal dari sebuah permasalahan, teknik konseling ini dirasa begitu efektif karena dapat menjalin emosional, menjadikan satu persepsi dalam program PKH adalah semua saudara.

c.      Nilai nilai/ kode etik yang diterapkan dalam penanganan kasus


    Nilai-nilai atau kode etik yang kami jaga dalam penangan kasus ini adalah; pertama nilai kemanfaatan secara umum, maka dalam setiap melangkah pendamping juga mengambil pelajaran serta memberikan edukasi pada yang lain. Selanjutnya tanpa justifikasi atau menyalahkan, menyudutkan yang dapat KPM semakin merasa bersalah, minder dan lain sebagainya. Hal tersebut bahkan akan memunculkan masalah baru. Kemudian kerahasiaan data person yang harus dilindungi, yang dapat mengakibatkan adanya ketersinggungan, kemarahan dan permusuhan antar sesama.


    Bagi pendamping menjunjung tinggi akhlaq dan bekerja sesuai tupoksi atau profesionalitas menjadi hal yang tidak bisa ditawar. Karena pendamping selalu berhadapan dengan 2 hal mendasar, pertama amanah yang harus dilaksanakan sebaik mingkin dan interaksi social yang juga akan membantu lancarnya suatu pekerjaan pendampingan social.

No comments:

Post a Comment